Sabtu, 29 Desember 2007

Indahnya Namamu...

Nama…

Nama adalah tanda pembeda, tanda yang punya arti, tanda yang punya tujuan, tanda yang menyimpan kekuatan, tanda yang menyimpan harapan, tanda untuk mengukir sejarah, tanda yang bisa dikenang, tanda untuk saling mengenal dan mengasihi, dan tanda yang kekal abadi.

Nama laksana cinta yang tak kan pernah pudar oleh sengatan masa, ia selalu ada.

Nama bukanlah barang mainan, karena ia hanya diberikan sekali saja, namun dipakai untuk selamanya.

Nama adalah doa yang akan mengiringi kehidupan sang pemiliknya, adalah alamat yang terpercaya, adalah irama yang tak bermelodi tapi sangat menyentuh hati, adalah identitas diri di dunia ini dan akhirat nanti, adalah harta yang tak ternilai harganya, adalah ruh dari setiap impian.

Di dalam keindahan dan kebaian sebuah nama, mengandung kekuatan spiritual, yakni makna substansial yang pada akhirnya akan menyembur keluar untuk menghiasi sang pemilik nama.

Anakku,

Muhammad Faqih Khalil el-Rahman…

Sebagaimana nama adalah doa, maka nama ini ayah pilih dengan segunung harap. Bukan sekedar pembeda, bukan hanya nama panggilan.

Andai nama tak punya arti, mungkin makhluk di dunia ini seluruhnya tak butuh nama dan tak perlu diberi nama.

Kelak, engkau harus memahami mengapa nama itu yang dipilih ayah bundamu.

Al-Faqih”, sang ahli Fiqih. Nama ini ayah pilihkan dengan berjuta harapan, jadilah engkau seorang yang “berani” memutuskan hukum dan keadilan, membenarkan yang benar dan memberikan sangsi bagi tiap pelanggaran.

Anakku…

Untuk menetapkan hukum sesuatu hal dalam agama kita, Islam, tidak bisa sembrono. Tidak ada sesuatu pun yang tidak ada tuntunannya dalam agama. Masalahnya adalah sejeli apa kita bisa melihat. Seperti kata Syaikh Ali at-Thanthawi, Allah tidak membiarkan manusia kebingungan dalam keadaan tanpa petunjuk. Segalanya sudah diberi petunjuk lengkap, tinggal bagaimana kita membaca petunjuk tersebut dengan segenap kemampuan akal kita.

Sangat miris jika melihat kenyataan kini, ketika fiqih dipermainkan sedemikian rupa oleh orang-orang yang tak sedikit pun berkompeten. Mereka menjual fiqih dengan harga yang sangat murah, bisa ditawar tergantung kemampuan pembeli. Seperti pedagang, mereka pun berprinsip “pembeli adalah raja”. Maka agama pun berubah-ubah sesuai hawa nafsu manusia.

Sesuatu yang hukumnya haram bisa menjadi halal, demikian pula yang halal bisa dibuat-buat menjadi haram. Semuanya tergantung pesanan. Ada pihak-pihak tertentu di antara umat Islam yang tidak malu-malu lagi mengubah-ubah hukum agama asalkan ada pesanan. Lebih menyedihkannya lagi, pesanan tersebut justru datang dari luar umat Islam.

Anakku…

Perlu kecerdasan yang tinggi, pemahaman yang mendalam, kejelian melihat, ketekunan meneliti, dan kelapangan hati untuk mengurusi masalah-masalah fiqih. Berjilid-jilid buku yang diterbitkan sebagai hasil pemikiran para ulama sebenarnya menunjukkan kepada kita betapa berat dan kompleksnya masalah fiqih ini, dan bukannya justru mengambil kesempatan untuk memecah-belah umat. Sebaliknya, jika memang ada provokasi, semestinya kita pun cukup bijak untuk membungkam sang provokator. Perbedaan dalam urusan fiqih itu memang pasti ada, begitulah kenyataannya. Ini semua adalah akibat dari perbedaan sudut pandang yang tidak bisa dihindari.

Anakku,

Muhammad Faiz Jaisyi el-Rahman…

Apa yang terpikir di benakmu saat engkau ku beri nama “Al-Faiz”, Sang Pemenang, Sang Pejuang…????

Subhanallah wal hamdulillah.

Sang Pejuang merupakan gelar kehormatan bagi seseorang yang minimal melakukan upaya keras, kerja cerdas dan melakukan karya nyata yang tulus di berbagai arena kehidupan dan mampu melahirkan sejarah besar yang kan dikenang oleh generasinya dan generasi sesudahnya.

Simaklah, Nak, sosok pejuang sejati yang terus dikenang sepanjang masa sebagai sosok mujahid kaffah, bukan sekedar sukses meninggikan peradaban Islam, tetapi juga sukses sebagai enterpreunership, panglima perang, politikus, budayawan, kepala rumah tangga dan seluruh bidang kehidupan tanpa cacat. Dialah Muhammad bin Abdullah.

Setiap orang dapat menyimak, menyaksikan dan merasakan pengaruh perjuangannya, walau pun di balik itu taruhannya adalah persembahan para syuhada terbaik yang sampai kini belum ada yang menyamai ketulusan dan perjalanan kehidupannya. Itu lah Sang Pejuang Sejati.

Indahnya namamu, indahnya budimu!

Indahnya namamu, indahnya kehidupanmu!

1 komentar:

SHALEH mengatakan...

Nama memang sebuah tanda untuk dikenal...karena nama begitu berarti maka pilihlah nama yang baik...dan nama artinya.