Minggu, 30 Desember 2007

Selamat Tahun Baru 2008


Sesungguhnya hitungan nafas telah ditetapkan, hitungan detik telah diperhitungkan.
Sebodoh bodohnya manusia adalah yang diberi modal tapi tidak digunakannya,
Sebodoh bodohnya manusia adalah yang diberi nafas tapi disia siakannya,
sebodoh bodohnya manusia adalah yang diberi waktu tapi disia siakannya,

Demi Allah, sesungguhnya semakin dekat ujung kehidupan kita,
Hisab semakin nyata, dan sesungguhnya Hisab Allah amatlah berat,
Saudaraku, Janganlah sia siakan nafas kita, jangan sia siakan waktu kita,
Sesungguhnya Hanya Allahlah tujuan kita...

Perjalanan hidup manusia, menempuh alam dunia
menghabiskan waktu, yang tiada lama

Usia bertambah makin senja, tiada terasa tak tersadar
Semakin dekatlah kematian, akan menjelang tiba

Sadarilah, usia amanah dari Ilahi
Sadarilah, ia pasti kan dimintai
Pertanggung jawabannya pada Ilahi
Sadarilah, jalani hidup ini penuh makna
Sadarilah, pastikan ia berarti diakhirat yang abadi.

*********

DOA AKHIR TAHUN....

Bismillaahirrahmaanirraahiim, wa shollalloohu'alaa sayyididinaa muhammaadin wa'alaa aalihi wa shohbihii wa sallama, Alloohumma maa'amiltu fii hadzihis sanati mimmaa nahaitanii'anhu falam atub minhu wa lam tardhohu wa lam tansahu wa hamiltu 'alayya ba'da qudrotika 'uquubati wa da'autanii ilattaubati minhu ba'da jiroo-atii 'alaa ma'shiyatika fa-innii astaghfiruka faghfirlii bifadhlika wa maa'amiltuhu fiiha mimma tardhoohu wa wa'adtanii 'alaihits tsawaba wa as-aluka. Alloohumma yaa kariimu yaadzal jalaali wal ikroomi antaqobbalahu minnii walaa taqtho' rojaa-i minka yaa kiriimu wa shollalloohu 'alaa sayyidinaa muhammadin wa 'alaa aalihi wa shohbihii wa sallama.

"Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Semoga rahmat dan salam Allah tetap tercurahkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad teriring keluarga serta sahabat beliau. Wahai Tuhanku, apa yang hamba perbuat sepanjang tahun ini berupa perbuatan perbuatan yang Paduka larang hamba melakukannya, sedangka hamba belum bertaubat dari padanya dan Paduka tidak meridhainya dan tidak melupakannya, dan Padukapun telah menyayangi hamba setelah Padukapun kuasa untuk menyiksa hamba, kemudian Paduka menyeru hamba untuk bertaubat setelah hamba bermaksiat kepada Paduka. Karena itu, hamba mohon ampunan dari Paduka, maka ampunilah hamba dengan Anugerah-Mu.
Dan apa yang telah hamba kerjakan ditahun ini adalah berupa perbuatan yang Paduka ridhai dan Paduka janjikan pahala atasnya, Hamba mohon pada-Mu wahai Tuhanku, Dzat Yang Maha Mulia, yang memiliki Kebesaran dan Kemuliaan, agar Paduka terima amalan hamba dan jangan hendaknya Paduka putuskan harapan hamba dari-Mu, wahai Dzat Yang Maha Mulia. Semoga rahmat dan salam Allah tetap tercurahkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad teriring keluarga serta sahabat beliau."

*********

DO'A AWAL TAHUN....

Bismillaahirohmaanirrohiim. wa shollalloohu 'alaa sayyidinaa muhammadin wa 'alaa aalihi wa shohbihii wa sallama. Allohumma antal abadiyyul qodiimul awwalu wa 'alaa fadhlikal 'adliimi wujuudikal mu'awwali wahaadza'aamunjadiidun qod aqbala nas-alukal 'ishmata fiihi minasysyaithooni wa auli yaa-ihi wa junuudihi wal 'auni 'alaa haadzihil ammaaroti bissuu-i wal istighooli bimaa yuqorribunii ilaika zulfa yaa dzal jallali wal ikroom. wa shollalloohu 'alaa sayyidinaa muhammadin wa 'alaa aalihi wa shohbihii wa sallama.

"Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Semoga rahmat dan salam Allah tetap tercurahkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad teriring keluarga serta sahabat beliau.
Wahai Tuhanku, Paduka adalah Dzat Yang Maha Kekal, dahulu dan Awal. Hanya denga anugrah dan kemurahan-Mu yang agung, telah datang tahun baru. Di tahun ini kami memohon pemeliharaan-Mu dari Syetan, kekasihnya dan balatentaranya, dan kami memohon pertolongan-Mu atas hawa nafsu yang mengajak kepada kejelekan, dan kami memohon kesibukan dengan perbuatan yang dapat mendekatkan diri kami kepada-Mu wahai Dzat yang memiliki kebesaran dan kemuliaan. Semoga rahmat dan salam Allah tetap tercurahkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad teriring keluarga serta sahabat beliau."

Amiin ya robbal 'alamiin...

Wallohua'laam bishshowab...


Sabtu, 29 Desember 2007

Indahnya Namamu...

Nama…

Nama adalah tanda pembeda, tanda yang punya arti, tanda yang punya tujuan, tanda yang menyimpan kekuatan, tanda yang menyimpan harapan, tanda untuk mengukir sejarah, tanda yang bisa dikenang, tanda untuk saling mengenal dan mengasihi, dan tanda yang kekal abadi.

Nama laksana cinta yang tak kan pernah pudar oleh sengatan masa, ia selalu ada.

Nama bukanlah barang mainan, karena ia hanya diberikan sekali saja, namun dipakai untuk selamanya.

Nama adalah doa yang akan mengiringi kehidupan sang pemiliknya, adalah alamat yang terpercaya, adalah irama yang tak bermelodi tapi sangat menyentuh hati, adalah identitas diri di dunia ini dan akhirat nanti, adalah harta yang tak ternilai harganya, adalah ruh dari setiap impian.

Di dalam keindahan dan kebaian sebuah nama, mengandung kekuatan spiritual, yakni makna substansial yang pada akhirnya akan menyembur keluar untuk menghiasi sang pemilik nama.

Anakku,

Muhammad Faqih Khalil el-Rahman…

Sebagaimana nama adalah doa, maka nama ini ayah pilih dengan segunung harap. Bukan sekedar pembeda, bukan hanya nama panggilan.

Andai nama tak punya arti, mungkin makhluk di dunia ini seluruhnya tak butuh nama dan tak perlu diberi nama.

Kelak, engkau harus memahami mengapa nama itu yang dipilih ayah bundamu.

Al-Faqih”, sang ahli Fiqih. Nama ini ayah pilihkan dengan berjuta harapan, jadilah engkau seorang yang “berani” memutuskan hukum dan keadilan, membenarkan yang benar dan memberikan sangsi bagi tiap pelanggaran.

Anakku…

Untuk menetapkan hukum sesuatu hal dalam agama kita, Islam, tidak bisa sembrono. Tidak ada sesuatu pun yang tidak ada tuntunannya dalam agama. Masalahnya adalah sejeli apa kita bisa melihat. Seperti kata Syaikh Ali at-Thanthawi, Allah tidak membiarkan manusia kebingungan dalam keadaan tanpa petunjuk. Segalanya sudah diberi petunjuk lengkap, tinggal bagaimana kita membaca petunjuk tersebut dengan segenap kemampuan akal kita.

Sangat miris jika melihat kenyataan kini, ketika fiqih dipermainkan sedemikian rupa oleh orang-orang yang tak sedikit pun berkompeten. Mereka menjual fiqih dengan harga yang sangat murah, bisa ditawar tergantung kemampuan pembeli. Seperti pedagang, mereka pun berprinsip “pembeli adalah raja”. Maka agama pun berubah-ubah sesuai hawa nafsu manusia.

Sesuatu yang hukumnya haram bisa menjadi halal, demikian pula yang halal bisa dibuat-buat menjadi haram. Semuanya tergantung pesanan. Ada pihak-pihak tertentu di antara umat Islam yang tidak malu-malu lagi mengubah-ubah hukum agama asalkan ada pesanan. Lebih menyedihkannya lagi, pesanan tersebut justru datang dari luar umat Islam.

Anakku…

Perlu kecerdasan yang tinggi, pemahaman yang mendalam, kejelian melihat, ketekunan meneliti, dan kelapangan hati untuk mengurusi masalah-masalah fiqih. Berjilid-jilid buku yang diterbitkan sebagai hasil pemikiran para ulama sebenarnya menunjukkan kepada kita betapa berat dan kompleksnya masalah fiqih ini, dan bukannya justru mengambil kesempatan untuk memecah-belah umat. Sebaliknya, jika memang ada provokasi, semestinya kita pun cukup bijak untuk membungkam sang provokator. Perbedaan dalam urusan fiqih itu memang pasti ada, begitulah kenyataannya. Ini semua adalah akibat dari perbedaan sudut pandang yang tidak bisa dihindari.

Anakku,

Muhammad Faiz Jaisyi el-Rahman…

Apa yang terpikir di benakmu saat engkau ku beri nama “Al-Faiz”, Sang Pemenang, Sang Pejuang…????

Subhanallah wal hamdulillah.

Sang Pejuang merupakan gelar kehormatan bagi seseorang yang minimal melakukan upaya keras, kerja cerdas dan melakukan karya nyata yang tulus di berbagai arena kehidupan dan mampu melahirkan sejarah besar yang kan dikenang oleh generasinya dan generasi sesudahnya.

Simaklah, Nak, sosok pejuang sejati yang terus dikenang sepanjang masa sebagai sosok mujahid kaffah, bukan sekedar sukses meninggikan peradaban Islam, tetapi juga sukses sebagai enterpreunership, panglima perang, politikus, budayawan, kepala rumah tangga dan seluruh bidang kehidupan tanpa cacat. Dialah Muhammad bin Abdullah.

Setiap orang dapat menyimak, menyaksikan dan merasakan pengaruh perjuangannya, walau pun di balik itu taruhannya adalah persembahan para syuhada terbaik yang sampai kini belum ada yang menyamai ketulusan dan perjalanan kehidupannya. Itu lah Sang Pejuang Sejati.

Indahnya namamu, indahnya budimu!

Indahnya namamu, indahnya kehidupanmu!

Sebuah Foto yang Bercerita



Sebuah Keluarga adalah Cinta

Anakku...

Kemanapun kita pergi,

Dan apapun yang kita lakukan,

Biarkan kita hidup dengan

Mengingat di dalam hati kita

Bahwa kita adalah keluarga

Apa yang kita beri satu dengan yang lain

Menjadi suatu lingkaran penuh,

Semoga kita selalu menjadi

Teman yang terbaik,

Semoga kita selalu menjadi

Pelangi bagi satu dengan yang lain

Di hari yang mendung

Sebagaimana yang pernah kita lakukan kemarin

Dan hari ini bersama-sama

Semoga kita diberkati

Di semua hari-hari esok kita…

Selalu… dan selalu lagi….

Karena kita adalah keluarga

Dan itu berarti cinta

Yang tidak ada akhirnya.

Sajak untuk Anakku

Sayang

Anakku sayang,

Ini hari matahari telah bergerak panas

Kelak kau tahu

Ada punggung yang terbakar di bawahnya

Menggendongmu dengan cinta

Kelak engkau mesti menggendong ummat

Dengan cinta

Sayang

Anakku sayang,

Kalau aku telah mendengarkan lisanmu

Dan ibumu telah mendekapmu dengan cinta

Kelak kau tahu

Seperti itulah

Kelak engkau mesti memeluk ummat

Dengan cahaya Allah

Yang tak pernah sunyi

Sayang

Anakku sayang,

Hisaplah air susu ibumu tanpa ragu

Sebab dari air susu itulah

Kau belajar keikhlasan cinta sejati

Dan pancaran cinta Ilahi

Dapat kau rasukkan dalam darahmu

Kelak

Dengan keikhlasan cinta yang memancar dari-Nya

Kau mesti menyampaikan surat cinta-Nya

Sayang

Anakku sayang,

Menangislah menangis engkau hari ini

Air matamu

Biarlah mengalir untuk-Nya

Agar kelak engkau tidak kehabisan senyum

Untuk orang-orang lapar

Sayang

Anakku sayang,

Ini hari

Kami masih memberikan cinta

Kepadamu

Sesudahnya

Kelak kami ingin membanggakanmu

Di hadapan majelis Allah

Bahwa kau telah mengenal-Nya

Di masjid dan di tempat orang-orang menderita

(M. Fauzil Adhim)

Untuk Anakku

Sebagai orang tua,

Sebagai seseorang dan

Sebagai seorang teman


Aku akan selalu ada di sini untukmu

Ketika kamu membutuhkan seseorang

Untuk diajak bicara

Aku berharap kamu akan

Berbicara kepadaku

Ketika kamu membutuhkan seseorang

Untuk diajak tertawa

Aku berharap kamu akan

Tertawa bersama denganku


Ketika kamu membutuhkan seseorang

Untuk menasihatimu

Aku berharap kamu

Akan datang kepadaku

Ketika kamu membutuhkan seseorang

Untuk membantumu

Aku berharap kamu akan

Membiarkan aku untuk membantumu

Aku menghargai dan mencintai

Semuanya mengenai dirimu

Anak sayang

Dan aku akan selalu mendukungmu

Sebagai orang tua, sebagai seseorang

Dan sebagai seorang teman.

Surat Ayah Kepada Anaknya

Aku tuliskan surat ini atas nama rindu yang besarnya hanya Allah yang tahu. Sebelum kulanjutkan, bacalah surat ini sebagai surat
seorang ayah kepada anaknya yang sesungguhnya bukan miliknya, melainkan milik Tuhannya.


Nak, menjadi ayah itu indah dan mulia. Besar kecemasanku menanti kelahiranmu dulu belum hilang hingga saat ini. Kecemasan yang indah karena ia didasari sebuah cinta. Sebuah cinta yang telah terasakan bahkan ketika yang dicintai belum sekalipun kutemui.

Nak, menjadi ayah itu mulia. Bacalah sejarah Nabi-Nabi dan Rasul dan temukanlah betapa nasehat yang terbaik itu dicatat dari dialog seorang ayah dengan anak-anaknya.

Meskipun demikian, ketahuilah Nak, menjadi ayah itu berat dan sulit. Tapi kuakui, betapa sepanjang masa kehadiranmu di sisiku, aku seperti menemui keberadaanku, makna keberadaanmu, dan makna tugas kebapakanku terhadapmu. Sepanjang masa keberadaanmu adalah salah satu masa terindah dan paling aku banggakan di depan siapapun. Bahkan dihadapan Tuhan, ketika aku duduk berduaan berhadapan dengan Nya, hingga saat usia senja ini.

Nak, saat pertama engkau hadir, kucium dan kupeluk engkau sebagai buah cintaku dan ibumu. Sebagai bukti, bahwa aku dan ibumu tak lagi terpisahkan oleh apapun jua. Tapi seiring waktu, ketika engkau suatu kali telah mampu berkata: "TIDAK", timbul kesadaranku siapa engkau sesungguhnya. Engkau bukan milikku, atau milik ibumu Nak. Engkau lahir bukan karena cintaku dan cinta ibumu. Engkau adalah milik Tuhan. Tak ada hakku menuntut pengabdian darimu. Karena pengabdianmu semata-mata seharusnya hanya untuk Tuhan.

Nak, sedih, pedih dan terhempaskan rasanya menyadari siapa sebenarnya aku dan siapa engkau. Dan dalam waktu panjang di malam-malam sepi,kusesali kesalahanku itu sepenuh -penuh air mata dihadapan Tuhan. Syukurlah, penyesalan itu mencerahkanku.

Sejak saat itu Nak, satu-satunya usahaku adalah mendekatkanmu kepada pemilikmu yang sebenarnya. Membuatmu senantiasa erusaha memenuhi keinginan pemilikmu. Melakukan segala sesuatu karena Nya, bukan karena kau dan ibumu. Tugasku bukan membuatmu dikagumi orang lain, tapi agar engkau dikagumi dan dicintai Tuhan.

Inilah usaha terberatku Nak, karena artinya aku harus lebih dulu memberi contoh kepadamu dekat dengan Tuhan. Keinginanku harus lebih dulu sesuai dengan keinginan Tuhan. Agar perjalananmu mendekati Nya tak lagi terlalu sulit. Kemudian, kitapun memulai perjalanan itu berdua, tak pernah engkau kuhindarkan dari kerikil tajam dan lumpur hitam. Aku cuma menggenggam jemarimu dan merapatkan jiwa kita satu sama lain. Agar dapat kau rasakan perjalanan rohaniah yang sebenarnya. Saat engkau mengeluh letih berjalan, kukuatkan engkau karena kita memang tak boleh berhenti. Perjalanan mengenal Tuhan tak kenal letih dan berhenti.

Nak. Berhenti berarti mati, inilah kata-kataku tiap kali memeluk dan menghapus air matamu, ketika engkau hampir putus asa.

Akhirnya Nak, kalau nanti, ketika semua manusia dikumpulkan di hadapan Tuhan, dan kudapati jarakku amat jauh dari Nya, aku akan ikhlas. Karena seperti itulah aku di dunia. Tapi, kalau boleh aku berharap, aku ingin saat itu aku melihatmu dekat dengan Tuhan. Aku akan bangga Nak, karena itulah bukti bahwa semua titipan bisa kita kembalikan kepada pemiliknya. Dari ayah yang senantiasa merindukanmu.

Sebuah tulisan yang saya sendiri pun tak tahu siapa penulisnya, tapi yang saya tahu
Ia menyadarkan saya akan betapa besar kecintaan orangtua…

Entah mengapa air mata menetes ketika tulisan itu ku baca dan ku mau kau pun merasakan apa yang aku rasakan. Sahabat, cintailah ayahmu selagi ia disampingmu...

Sayang ayah sungguh…

Sumber: http://tintapenariky.blogspot.com

Jumat, 21 Desember 2007

From Your Mom

Ketika aku sudah tua, bukan lagi aku yang semula.

Mengertilah, bersabarlah sedikit terhadap aku.

Ketika pakaianku terciprat sup, ketika aku lupa bagaimana mengikat sepatu, ingatlah bagaimana dahulu aku mengajarmu.

Ketika aku berulang-ulang berkata-kata tentang sesuatu yang telah bosan kau dengar, bersabarlah mendengarkan, jangan memutus pembicaraanku.

Ketika kau kecil, aku selalu harus mengulang cerita yang telah beribu-ribu kali kuceritakan agar kau tidur.

Ketika aku memerlukanmu untuk memandikanku, jangan marah padaku.
Ingatkah sewaktu kecil aku harus memakai segala cara untuk membujukmu mandi?

Ketika aku tak paham sedikitpun tentang tehnologi dan hal-hal baru, jangan mengejekku.
Pikirkan bagaimana dahulu aku begitu sabar menjawab setiap "mengapa" darimu.

Ketika aku tak dapat berjalan, ulurkan tanganmu yang masih kuat untuk memapahku.
Seperti aku memapahmu saat kau belajar berjalan waktu masih kecil.

Ketika aku seketika melupakan pembicaraan kita, berilah aku waktu untuk mengingat. Sebenarnya bagiku, apa yang dibicarakan tidaklah penting, asalkan kau disamping mendengarkan, aku sudah sangat puas.

Ketika kau memandang aku yang mulai menua, janganlah berduka. Mengertilah aku, dukung aku, seperti aku menghadapimu ketika kamu mulai belajar menjalani kehidupan.
Waktu itu aku memberi petunjuk bagaimana menjalani kehidupan ini, sekarang temani aku menjalankan sisa hidupku.

Beri aku cintamu dan kesabaran, aku akan memberikan senyum penuh rasa syukur, dalam senyum ini terdapat cintaku yang tak terhingga untukmu.

From your mom & dad

Sumber: http://www.kicaumania.org

"Kelak" itu Rasanya Tak lama

Ananda, putra-putraku tersayang

Inilah surat-surat Ayah untukmu. Ayah tahu, kamu belum lagi pandai membaca sebab kamu belum genap 1 tahun pada 19 April 2008 mendatang. Bahkan A-Z atau Alif-Ya pun belum sanggup kamu hafalkan sambil menyanyikannya. Tapi Ayah yakin, suatu saat kelak, kamu bakal membaca surat-surat ini. Dan “kelak” itu, rasanya tak akan lama.

Surat Ayah dari Yogya

Hai cinta ayah……
apa kabar kalian?
kalian pasti main terus ya?
kejar-kejaran kesana-kemari
repotin bunda yang nyuapin mamam kalian

Hai sayang ayah…..
disini banyak sekali ayah melihat
anak-anak seperti kalian yang terluka kepalanya
biasanya kepala mereka di perban
seperti juga anak temen ayah yang masih bayi
jadi ‘pitakan’ karena tertimpa kayu….

ada lagi yang patah kaki atau tangan
terpaksa di gips, tidak bisa bergerak banyak dan tak bisa sekolah

Sayang Ayah…..
perasaan ayah pilu sekali
sekarang
disini banyak juga anak-anak yang kehilangan ayah atau bundanya
juga ada yang kehilangan keduanya….
bahkan kemarin ada anak yang jadi sebatang kara
karena selain ayah dan bunda….adiknyapun meninggal karena gempa
hampir sekeluarga mereka jadi korban
duh….perasaan ayah tak menentu saat itu …..

Sayang Ayah…..
orang-orang disini banyak yang tak punya rumah
mereka tinggal di tenda-tenda darurat
( itu kalau sudah kebagian )
dengan makan seadanya
( lebih sering makan mie instan daripada nasi )

Ada juga yang terpaksa harus di Rumah Sakit
walau tak sedikit yang terluka dan tetap di tenda
setelah kakinya yang bolong kena paku dan ketiban besi
dijahit pak dokter lapangan

Sayang…..
do’akan mereka ya…..
agar hati mereka mengkristal bagai pualam
makin bersinar meski
dijatuhkan dilumpur kotor
seperti juga karang dilautan
yang tetap kokoh meski dihantam ombak menggulung geram

Sayang…..
kalau kalian jadi pemimpin kelak
ayah do’akan kalian selalu jadi orang pertama yang selalu berada disamping
mereka yang membutuhkan
yang kesusahan seperti mereka sekarang

Jangan kayak model pejabat yang suka pamer sumbangan
dan pinter kasih janji-janji juga acara seremonial
agar dipotret para wartawan
tersenyum senang karena wajahnya masuk tv
padahal masih banyak yang kesusahan
masih banyak yang merintih ….kelaparan
mengerang sedih di kegelapan
diantara tenda yang kehujanan

Jadilah pemimpin nak…..
yang hati dan jiwanya ada juga dibenak rakyatnya
sepenuhnya terpatri indah di lubuk mereka
karena memang kalian berikan seutuh-utuhnya
cinta dan pengorbanan……….

Epri…..05/06/06
Dusun Dukuh Sewon Bantul Jogjakarta

Sumber : http://laatahzan.wordpress.com

Seruan Anak Palestina

Dalam rintik hujan ini…Aku mendengar tangisan mereka…Jeritan mereka…Seruan mereka…Anak-anak Palestina…

Seruan itu semakin jelas kudengar…“Dimana kalian, saudaraku… Dimana kalian…”“Jangan lupakan kami, saudaraku… Jangan lupakan kami…”“Kami menunggumu saudaraku…”“Kami menunggumu… ““Kami akan selalu mennggumu…”

***

Hatiku teriris-iris…

Sebab pada hari ini begitu banyak umat muslim sedang menikmati tidurnya..Sedang di belahan bumi lainnya, umat muslim tak mampu bahkan dipaksa untuk tetap terjaga…

Sebab pada hari ini begitu banyak pikiran dan pendengaran umat muslim sedang hanyut dalam keindahan dunia…Sedang di belahan bumi lainnya, mereka dihibur oleh suara bom dan letupan senjata..

Sebab pada hari ini begitu banyak umat muslim sedang tertawa ria…Sedang di belahan bumi lainnya, wanita dan anak-anak Palestina tak punya lagi air mata untuk diteteskan… Apalagi untuk tertawa…

***

Hatiku begitu tersayat-sayat…

Sebab kedua kaki ini hanya mampu melangkah dari Masjid Raya menuju Mandala…Ia tak mampu sampai ke bumi jihad Palestina berdiri tegak menyelamatkan Al Aqsa…

Sebab kepalan tangan ini hanya mampu membumbung ke angkasa menggemakan takbir pada-Nya…Ia tak mampu mengangkat senjata dan mengarahkannya ke musuh-musuh yang telah membuat para wanita dan anak Palestina begitu menderita…

Sebab suara lantang ini hanya mampu menggema melawan suara kendaraan di sepanjang jalan sana..Ia tak mampu berteriak seperti mujahid Palestina di hadapan tank-tank baja…

***

Wahai Allah…Pada hari ini kami sedang berbaris di depan jalan sebuah kota…Jumlah kami mungkin tak banyak… Namun ghirah kami ribuan kali lebih besar dari sekadar nyali para pengecut yang ingin merebut Al Aqsa…

Wahai Allah…Sampaikan doa dan salam jihad kami kepada mujahid/mujahidah Palestina…Turunkan bala tentara-Mu sebagaimana tentara perang Badar di bumi jihad Palestina..Himpunkan dan satukan ghirah kami dalam ruh-ruh mereka yang sedang berjuang di bumi jihad Palestina…

***

Maka saksikanlah oleh kalian…Wahai musuh-musuh Allah…Bahwa ghirah mujahid/mujahidah Palestina hari ini dan akan datang…Ribuan bahkan jutaan kali lebih dahsyat dari hari sebelumnya…Kekuatan mereka akan bertambah dan terus bertambah…Hingga kalian tak ‘kan mampu menghitung jumlahnya…Hingga dari setiap kesyahidan 1 mujahid/mujahidah akan muncul 1000 mujahid/mujahidah baru meneruskan perjuangan mereka…Hingga bumi pun bergetar menahan derap langkah mereka…

Ketahuilah wahai Israel La’natullah…Sebutir peluru yang menembus dada seorang mujahid/mujahidah…Selalu menjadi senyum kemenangan di wajahnya…

Sebab…Jihad adalah jalan juang kami…Dan syahid di jalan Allah adalah…Cita-cita kami tertinggi…

Perjuangan ini tak ‘kan pernah berhenti…

Sumber: http://mujahidah-farma.blogspot.com

Belajarlah, Nak!

Belajarlah, Nak
Tancapkan asa ke Sidratul Muntaha
Kepakkan sayap agar bisa terbang ke Antartika
Benam bodoh dalam buku-buku musuh ketololan

Bapak tak berharap kau jadi Rasulullah
Pintu itu tertutup sudah, tapi
Ambillah yang kamu mampu dari Kekasih Allah

Bapak tak harap kau jadi malaikat
Ruang dimensimu berbeda, tapi
Belajarlah darinya tentang kesetiaan

Bapak tak berharap kau menjadi Einstein
Masamu berbeda jauh, tapi
Sadarkah kau bahwa kau bisa lebih pintar
Sebab berbekal sama dari Yang Maha Kuasa
manfaatkan sempurna

(EWA)

Simfoni Penaku

Ananda Buah Hatiku Tercinta…

Segala rahmat dan kasih sayang hanya dapat di berikan oleh Sang Pencipta Alam, begitupun dengan perjuangan setiap kawan dalam mencari teman untuk melangkah bersama dalam merenda setiap tangga hanya dapat dirasakan karena izin dari Sang Maha Pencinta.
Tak kan ada kerpibadian yang lurus selain dari pada melihat, memahami dan mengaplikasikan dari sosokMuhammad sang mencintai ummatnya sampai akhir zaman, adalah kita sosok yang alpha dari ketidaktahuan darimana kita memulainya untuk memahami jejak perjalanan sang kekasih Allah dan selayaknya kekasih kita semua, yang mengharapkan ketenangan dari ancaman yang tiadak persembunyian-Nya "mizan-Nya".

Setiap diri adalah pembendaharaan benda bernyawa sebagai kekuatan dari Allah semata. Allah yang telah membentuk rupa manusia sebagai pembeda dengan makhluk hewani dan tumbuh-tumbuhan, adakah kesia-siaan dalam hidup ini???

Sungguh pertanyaan yang hanya dapat dijawab oleh setiap insan yang menjaga fitrah islam dalam dadanya, qolbu, selalu dipagarinya dengan tanaman-tanaman dzikir dan disiraminya dengan air kedamaian dan dihiasi dengan serpihan-serpihan emas Quranulkarim.

Adalah setiap diri memiliki kesempatan untuk memulai langkah baru diantara bayang-bayang hitam yang selalu membuatnya berlari dari masa depan, padahal disana ada padang rumput yang subur, lahan kehidupan apabila disemaikan benih gandum maka penuhlah lumbung-lumbung ketika panen. Sungguh sangat membuat iri makhluk-makhluk langit.

Lembayung, jingga dan semua warna ketika pelangi menampakan diri tiadak sekuat dengan kesempurnaan ciptaan-Nya di bumi, bumi yang setiap pagi matahari dapat mengalahkan sang gelap malam.

Selamat menjalani langkah-langkah baru dalam menggapai impian-impian dalam hidup, wahai anak-anakku…

Sejahteralah ananda sayang...
Mulai hari ini dan selamanya
Amin Ya Rabbal Alamien

Essay Sebuah Hati

Apa boleh buat…
Aku mesti menuliskan juga goresan ini.
Mungkin hanya berupa ocehan ngawur. Atau setidaknya sedikit tentang
Betapa hidup itu sebenarnya indah. Dan. Betapa tololnya mereka yang
Merenggut paksa nyawanya sendiri…….

Kalaupun hidup ada sedihnya.
Ya.. karena memang begitulah hidup. Tak selalu gembira.
Kalau tak ada sedih. Lantas buat apa Tuhan menciptakan air mata.
Seperti juga tawa untuk suka dan gembira.

Begitulah aku menuliskan ini…
Karena hidup ini singkat.
Sementara ada yang mesti kita sampaikan!!!

Sebuah Prolog Bisu

Mencintai dan dicintai, bagiku
(atau mungkin bagi semua orang) adalah segala-galanya.
Setelah sekian lama melakukan perjalanan panjang,
menembus lorong kehidupan yang tak kenal kompromi,
Aku seperti sampai pada titik puncak;
Puncak dari segala pencarianku.
Ya, apalagi kalau bukan CINTA…


Mencintai dan Dicintai…
Ternyata menjadi legenda hidup yang menyisakan ribuan kenangan.
Gelisah, gundah, lara, luka, dan rindu
Seperti menggoreskan cerita tak tergantikan.
Cerita itu menyatu dengan nafas alam,
Tak tersentuh oleh jarak,
ruang,
dan waktu.

Hidup adalah Sebuah Sketsa

Istri dan anak-anakku...

Hidup adalah sebuah sketsa fenomena yang dimiliki tiap manusia yang dilahirkan dengan titian fitrah dari Yang Maha Pencipta dalam keadaan suka dan duka.
Yang di hatinya tertoreh rasa bahagia ataupun ujian di tiap langkahnya meniti jalan lurus menuju Cinta Illahi suatu hal yang akan dialaminya..

Manusia dengan segala ambisi, idealisme dan cita-cita untuk menaklukkan dunia atau sekedar mencari materi, kadang terlalu sombong dan angkuh untuk menyadari bahwa sepenggal episode perjalanan hidupnya didunia adalah serangkaian takdirNya.

Mencari hakekat diri, mengais-ngais kelemahan diri dan tiada henti memohon ampunan atas noda-noda kalbunya yang kerap hentikan langkah perjuangan, hingga di akhir hayatnya.Kini.. tiada lagi jiwa yang gundah, karena tiap tanya telah terjawab dalam petunjukNya.

Walau ujian dan cobaan awalnya, namun semua adalah tanda terbitnya sebuah HARAPAN. Karena harapan adalah masa depan, ia sumber kekuatan. Terutama karena harapan adalah nikmat terindah dan anugerah paling indah yang tidak diberikan Allah pada musuh-musuh Allah..

Aku Mencintaimu


Aku ingin mencintaimu, dengan sehembus bayu

yang dideburkan Ar-Rahim kepada segumpal darah
yang menjadikannya manusia…


Aku senang mencintaimu, dengan selaksa aroma

yang didesirkan lebah pengolah madu di hening sarang

yang menjadikannya pencinta…

Surat Che Guevara kepada Anak-nya

Untuk anak-anakku

Bacalah baik-baik surat ini, karena aku tidak lagi bersamamu. Praktis kau tidak akan mengingatku lagi, dan kau yang kecil tidak akan ingat padaku sama sekali.

Ayahmu ini seorang manusia yang bertindak atas keyakinan yang dipegangnya dan setia pada pendiriannya.

Tumbuhlah kalian sebagai revolusioner yang baik. Belajarlah yang tekun hingga kalian dapat menguasai ilmu dan teknologi, yang akan memungkinkan kalian menguasai alam. Camkan bahwa revolusilah hal yang pokok, dan masing-masing dari kita, seorang diri, tak akan ada artinya.

Di atas segalanya, kembangkan selalu perasaan yang dalam pada siapapun yang mengalami ketidakadilan, di manapun di dunia ini. Inilah kualitas yang paling indah dari seorang revolusioner.

Hingga kapanpun juga anak-anakku. Aku masih berharap melihatmu. Cium mesra dan peluk erat dari

Ayah

Wahai Istri dan Anakku


Ketahuilah wahai istri dan anak-anakku tercinta
Bagiku, kalian semua adalah mata hati dan rembulanku
langit dan bumiku
laut dan darahku
siang dan malamku
jiwa dan ragaku
kehidupan dan kematianku

Aku mencintai kalian hanya karena Allah,
hanya karena Allah!

Kamis, 20 Desember 2007

Sebuah Memoar

Satu hal yang ingin aku tulis…

Bahwa ternyata harapan-harapan itu

Bisa menjadi sebuah semangat tersendiri

untuk tetap merangkai waktu dalam hidup

walau itu juga bisa berarti

awal dari sebuah keterhempasan yang menyakitkan…


Blog-ku ini…

Siapa tahu bisa berguna bagimu

Ketika suatu saat nanti jiwaku tlah terlepas dari keberadaan bumi

Dan engkau ingin mengurai kembali

Perjalanan lampau hidupku


Mungkin…

Engkau bisa mengenang bahwa

Aku adalah sepotong jiwa yang senantiasa kesepian

Yang sadar bahwa semua itu akibat dari hasratnya yang menggebu

Untuk menjalani hidup sesuai dengan keinginan

Yang membakar jiwanya


Akulah jiwa…

Yang senantiasa memendam hasrat Cintanya dalam perih

Dan kembali menemukan sunyi

Ketika semua itu terbang dari sisinya


Bahwa aku adalah jiwa yang bodoh. Pemalas

Namun penuh Cinta…

Walau aku tak tahu akan hakekat Cinta

Selain bahwa Cinta itu biarlah Cinta saja

Biar ia tumbuh begitu saja

Dan jangan dibebani dengan beragam syarat

Yang memberatkan jiwanya…


Tetap Tegar Wahai Anakku

Ketika angin zaman menerpamu
Diterjang badai ataupun dihantam gelombang
Teruslah tegar wahai anakku...
Sampai waktu milikmu akan tiba

Bagaimana Anak-anak Kita....

Bagaimana anak-anak kita mencintai Tuhannya,
sedangkan kita sibuk luar biasa?

Bagaimana anak-anak kita bisa mencintai Rasul-Nya
sedangkan kita sendiri juga belum mengenalnya...

Nak, Seharusnya Bapak...

Nak...
tubuhmu seputih salju
batin sebersih air surga
datang melalui bapak
bukan milik bapak
milikmu milik,
yang Maha Pemilik

seharusnya bapak berdiri gagah
membimbing tangan
melabuhkan mata
menyiapkan medan bercanda
fungsikan milyaran sel saraf
agar gandakan dua puluh ribu koneksi per neuron
tidak tersendat dan tersumbat
bukan berharap apa pun
nasibmu telah diputuskan

(EWA)

50 tahun mendatang...

50 tahun mendatang anak-anak kita,
hari ini menentukannya...

50 tahun mendatang peradaban kita,
hari ini memulainya...

(21 Desember 2007)

Surat dari Seorang Ibu

Anakku….


Ini surat dari ibu yang tersayat hatinya. Linangan air mata bertetesan deras
menyertai tersusunnya tulisan ini. Aku lihat engkau lelaki yang gagah lagi
matang. Bacalah surat ini. Dan kau boleh merobek-robeknya setelah itu,
seperti saat engkau meremukkan kalbuku sebelumnya.

Sejak dokter mengabari tentang kehamilan, aku berbahagia. Ibu-ibu sangat
memahami makna ini dengan baik. Awal kegembiraan dan sekaligus perubahan
psikis dan fisik. Sembilan bulan aku mengandungmu. Seluruh aktivitas aku
jalani dengan susah payah karena kandunganku. Meski begitu, tidak mengurangi
kebahagiaanku. Kesengsaraan yang tiada hentinya, bahkan kematian kulihat
didepan mataku saat aku melahirkanmu. Jeritan tangismu meneteskan air mata
kegembiraan kami.

Berikutnya, aku layaknya pelayan yang tidak pernah istirahat. Kepenatanku
demi kesehatanmu. Kegelisahanku demi kebaikanmu. Harapanku hanya ingin
melihat senyum sehatmu dan permintaanmu kepada Ibu untuk membuatkan sesuatu.

Masa remaja pun engkau masuki. Kejantananmu semakin terlihat, Aku pun
berikhtiar untuk mencarikan gadis yang akan mendampingi hidupmu. Kemudian
tibalah saat engkau menikah. Hatiku sedih atas kepergianmu, namun aku tetap
bahagia lantaran engkau menempuh hidup baru.

Seiring perjalanan waktu, aku merasa engkau bukan anakku yang dulu. Hak
diriku telah terlupakan. Sudah sekian lama aku tidak bersua, meski melalui
telepon. Ibu tidak menuntut macam-macam. Sebulan sekali, jadikanlah ibumu
ini sebagai persinggahan, meski hanya beberapa menit saja untuk melihat
anakku.

Ibu sekarang sudah sangat lemah. Punggung sudah membungkuk, gemetar sering
melecut tubuh dan berbagai penyakit tak bosan-bosan singgah kepadaku. Ibu
semakin susah melakukan gerakan.

Anakku…
Seandainya ada yang berbuat baik kepadamu, niscaya ibu akan berterima kasih
kepadanya. Sementara Ibu telah sekian lama berbuat baik kepada dirimu.
Manakah balasan dan terima kasihmu pada Ibu ? Apakah engkau sudah kehabisan
rasa kasihmu pada Ibu ? Ibu bertanya-tanya, dosa apa yang menyebabkan dirimu
enggan melihat dan mengunjungi Ibu ? Baiklah, anggap Ibu sebagai pembantu,
mana upah Ibu selama ini ?

Anakku..
Ibu hanya ingin melihatmu saja. Lain tidak. Kapan hatimu memelas dan luluh
untuk wanita tua yang sudah lemah ini dan dirundung kerinduan, sekaligus
duka dan kesedihan ? Ibu tidak tega untuk mengadukan kondisi ini kepada Dzat
yang di atas sana. Ibu juga tidak akan menularkan kepedihan ini kepada orang
lain. Sebab, ini akan menyeretmu kepada kedurhakaan. Musibah dan hukuman pun
akan menimpamu di dunia ini sebelum di akhirat. Ibu tidak akan sampai hati
melakukannya,

Anakku…
Walaupun bagaimanapun engkau masih buah hatiku, bunga kehidupan dan cahaya
diriku…

Anakku…
Perjalanan tahun akan menumbuhkan uban di kepalamu. Dan balasan berasal dari
jenis amalan yang dikerjakan. Nantinya, engkau akan menulis surat kepada
keturunanmu dengan linangan air mata seperti yang Ibu alami. Di sisi Allah,
kelak akan berhimpun sekian banyak orang-orang yang menggugat.

Anakku..
Takutlah engkau kepada Allah karena kedurhakaanmu kepada Ibu. Sekalah air
mataku, ringankanlah beban kesedihanku. Terserahlah kepadamu jika engkau
ingin merobek-robek surat ini. Ketahuilah, “Barangsiapa beramal shalih maka
itu buat dirinya sendiri. Dan orang yang berbuat jelek, maka itu (juga)
menjadi tanggungannya sendiri”.

Anakku…
Ingatlah saat engkau berada di perut ibu. Ingat pula saat persalinan yang
sangat menegangkan. Ibu merasa dalam kondisi hidup atau mati. Darah
persalinan, itulah nyawa Ibu. Ingatlah saat engkau menyusui. Ingatlah
belaian sayag dan kelelahan Ibu saat engkau sakit. Ingatlah ….. Ingatlah….
Karena itu, Allah menegaskan dengan wasiat : “Wahai, Rabbku, sayangilah
mereka berdua seperti mereka menyayangiku waktu aku kecil”.

Anakku…
Allah berfirman: “Dan dalam kisah-kisah mereka terdapat pelajaran bagi
orang-orang berakal” [Yusuf : 111]

Pandanglah masa teladan dalam Islam, masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam masih hidup, supaya engkau memperoleh potret bakti anak kepada orang
tua.

KISAH TELADAN KEPADA ORANG TUA
Sahabat Abu Hurairah sempat gelisah karena ibunya masih dalam jeratan
kekufuran. Dalam shahih Muslim disebutkan, dari Abu Hurairah, ia bercerita.

Aku mendakwahi ibuku agar masuk Islam. Suatu hari aku mengajaknya untuk
masuk Islam, tetapi dia malah mengeluarkan pernyataan tentang Nabi yang aku
benci. Aku (pun) menemui Rasulullah dalam keadaan menangis. Aku mengadu.

“Wahai Rasulullah, aku telah membujuk ibuku untuk masuk Islam, namun dia
menolakku. Hari ini, dia berkomentar tentang dirimu yang aku benci. Mohonlah
kepada Allah supaya memberi hidayah ibu Abu Hurairah”. Rasulullah bersabda :
“Ya, Allah. Tunjukilah ibu Abu Hurairah”. Aku keluar dengan hati riang
karena do’a Nabi. Ketika aku pulang dan mendekati pintu, maka ternyata pintu
terbuka. Ibuku mendengar kakiku dan berkata : “Tetap di situ Abu Hurairah”.
Aku mendengar kucuran air. Ibu-ku sedang mandi dan kemudian mengenakan
pakaiannya serta menutup wajahnya, dan kemudian membuka pintu. Dan ia
berkata : “Wahai, Abu Hurairah ! Asyhadu an Laa Ilaaha Illa Allah wa Asyhadu
Anna Muhammadan Abduhu wa Rasuluhu”. Aku kembali ke tempat Rasulullah dengan
menangis gembira. Aku berkata, “Wahai, Rasulullah, Bergembiralah. Allah
telah mengabulkan do’amu dan menunjuki ibuku”. Maka beliau memuji Allah dan
menyanjungNya serta berkomentar baik” [Hadits Riwayat Muslim]

Ibnu Umar pernah melihat lelaki menggendong ibunya dalam thawaf. Ia bertanya
: “Apakah ini sudah melunasi jasanya (padaku) wahai Ibnu Umar?” Beliau
menjawab : “Tidak, meski hanya satu jeritan kesakitan (saat persalinan)”.

Zainal Abidin, adalah seorang yang terkenal baktinya kepada ibu. Orang-orang
keheranan kepadanya (dan berkata) : “Engkau adalah orang yang paling
berbakti kepada ibu. Mengapa kami tidak pernah melihatmu makan berdua
dengannya dalam satu talam”? Ia menjawab,”Aku khawatir tanganku mengambil
sesuatu yang dilirik matanya, sehingga aku durhaka kepadanya”.

Sebelumnya, kisah yang lebih mengharukan terjadi pada diri Uwais Al-Qarni,
orang yang sudah beriman pada masa Nabi, sudah berangan-angan untuk
berhijrah ke Madinah untuk bertemu dengan Nabi. Namun perhatiannya kepada
ibunya telah menunda tekadnya berhijrah. Ia ingin bisa meraih surga dan
berteman dengan Nabi dengan baktinya kepada ibu, kendatipun harus kehilangan
kemuliaan menjadi sahabat Beliau di dunia.

Dalam shahih Muslim, dari Usair bin Jabir, ia berkata : Bila rombongan dari
Yaman datang, Umar bin Khaththab bertanya kepada mereka : “Apakah Uwais bin
Amir bersama kalian ?” sampai akhirnya menemui Uwais. Umar bertanya, “Engkau
Uwais bin Amir?” Ia menjawa,”Benar”. Umar bertanya, “Engkau dari Murad
kemudian beralih ke Qarn?” Ia menjawab, “Benar”. Umar bertanya, “Engkau
punya ibu?”. Ia menjawab, “Benar”. Umar (pun) mulai bercerita, “Aku
mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Akan datang pada kalian Uwais bin Amir bersama rombongan penduduk Yaman
yang berasal dari Murad dan kemudian dari Qarn. Ia pernah tertimpa lepra dan
sembuh total, kecuali kulit yang sebesar logam dirham. Ia mempunyai ibu yang
sangat dihormatinya. Seandainya ia bersumpah atas nama Allah, niscaya aku
hormati sumpahnya. Mintalah ia beristighfar untukmu jika bertemu”.

(Umar berkata), “Tolong mintakan ampun (kepada Allah) untukku”. Maka ia
memohonkan ampunan untukku. Umar bertanya, “Kemana engkau akan pergi?”. Ia
menjawab, “Kufah”. Umar berkata, “Maukah engkau jika aku menulis
(rekomendasi) untukmu ke gubernurnya (Kufah)?” Ia menjawab, “Aku lebih suka
bersama orang yang tidak dikenal”.

Kisah lainnya tentang bakti kepada ibu, yaitu Abdullah bin Aun pernah
memanggil ibunya dengan suara keras, maka ia memerdekakan dua budak sebagai
tanda penyesalannya.

KISAH KEDURHAKAAN KEPADA ORANG TUA
Diceritakan ada lelaki yang sangat durhaka kepada sang ayah sampai tega
menyeret ayahnya ke pintu depan untuk mengusirnya dari rumah. Sang ayah ini
dikarunia anak yang lebih durhaka darinya. Anak itu menyeret bapaknya sampai
kejalanan untuk mengusirnya dari rumahnya. Maka sang bapak berkata : “Cukup…
Dulu aku hanya menyeret ayahku sampai pintu depan”. Sang anak menimpali :
“Itulah balasanmu. Adapun tembahan ini sebagai sedekh dariku!”.

Kisah pedih lainnya, seorang Ibu yang mengisahkan kesedihannya : “Suatu hari
istri anakku meminta suaminya (anakku) agar menempatkanku di ruangan yang
terpisah, berada di luar rumah. Tanpa ragu-ragu, anakku menyetujuinya. Saat
musim dingin yang sangat menusuk, aku berusaha masuk ke dalam rumah, tapi
pintu-pintu terkunci rapat. Rasa dingin pun menusuk tubuhku. Kondisiku
semakin buruk. Anakku ingin membawaku kesuatu tempat. Perkiraanku ke rumah
sakit, tetapi ternyata ia mencampakkanku ke panti jompo. Dan setelah itu
tidak pernah lagu menemuiku”

Sebagai penutup, kita harus memahami bahwa bakti kepada orang tua merupakan
jalan lempang dan mulia yang mengantarkan seorang anak menuju surga Allah.
Sebaliknya, kedurhakaan kepada mereka, bisa menyeret sang anak menuju lembah
kehinaan, neraka.

Hati-hatilah, durhaka kepada orang tua, dosanya besar dan balasannya
menyakitkan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Akan terhina, akan terhina dan akan terhina!” Para sahabat
bertanya, “Wahai Rasulullahj, siapakah gerangan ?” Beliau bersabda, “Orang
yang mendapati orang tuanya, atau salah satunya pada hari tuanya, namun ia
(tetap) masuk neraka” [Hadits Riwayat Muslim]

[Diadaptasi dari Idatush Shabirin, oleh Abdullah bin Ibrahim Al-Qa’rawi dan
Ilzam Rijlaha Fatsamma Al-Jannah, oleh Shalihj bin Rasyid Al-Huwaimil]

Nak, Inilah Sekolahmu: Alam Semesta

Publikasi: 16/12/2003 08:38 WIB

eramuslim - Perempuan itu berjalan mengitari kebun kecilnya, kehamilannya menua membuat langkahnya tertatih. Maha benar Allah saat manusia di perintahkan menghormati ibunya. “Ibumu mengandungmu sembilan bulan dengan kepayahan yang bertambah-tambah”.

Sejenak ia berhenti dan mengehembuskan nafasnya, ditatanya lagi pot-pot kecil. Dia tersenyum sambil berkacak pinggang. Hhhfff…Benih akan bertumbuh menjadi pohon, berbunga dan berbuah. Memberi manfaat.

Nak, kau dengar kan? Gemericik air yang kusiramkan di tanah berisi benih tadi?”

..itulah kau sayang. Aku membentukmu sejak disini” . Dielusnya perut buncitnya, kemudian dibiarkannya semua letih berseteru membentuk pegal yang menyemut di kakinya. Ayunan didepan ‘padepokan kecil belakang rumah’ menjadi tempatnya bersantai. Allah memberikan pahala padamu wahai perempuan, surga! Dan kau mudah meraihnya dengan kesabaran.Sebagai istri terlebih sebagai ibu.

Nak, kau ingin aku memperdengarkanmu apa? Sederet musik klasik yang katanya mencerdaskanmu? Sebentar, Nak… ada yang akan membentukmu lebih cerdas dan kau takkan bosan” Diambilnya mushaf al-qur’an kecil dari dasternya lalu lantunannya membuat sang janin 8,5 bulan itu bergerak-gerak menyambut fitrahnya saat ruh ditiupkan padanya sejak empat bulan yang lalu. Perjanjian dengan Allah : “Dan ingatlah ketika Tuhan-mu Mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah Mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya Berfirman), “Bukankah aku ini Tuhan-mu? Mereka menjawab, “betul (Engkau tuhan kami), kami menjadi saksi”…..(QS.Al-A’raaf:172)

Kau tahu nak, aku telah persiapkan pot-pot kecil berisi tanah dan benih serta sepetak kebun disana. Aku menyebutnya laboratorium mini untukmu”

Kelak kau akan belajar dari tanah, bagaimana dia menumbuhkan dan menerima. Kau akan belajar dari kesabarannya. Menerima apapun namun menumbuhkan apa yang baik dengan izin Allah”

Kau akan belajar , nak. Dan aku akan membimbingmu. Bukan aku sendiri, Nak. Tapi ayahmu juga. Dia memberimu keteguhan pula” perempuan itu tersenyum. Pendar merah muda di kedua pipinya menyiratkan satu rasa bernama: bahagia.

Ah, mengapa banyak perempuan enggan merasakan apa yang kurasakan sampai hari ini? Berdiskusi kecil dengan calon khalifah Allah di bumi? Satu dari sekian banyak generasi baru yang Allah ciptakan? Nak, aku mencintaimu.Sungguh.Karena Penciptamu menyuruhku begitu.

Matahari berpendar kemerahan di ufuk barat. Senja menampakkan merahnya. Siang ikhlas tergantikan perannya. Setelah kesibukan manusia diambang batas waktu. ‘Sungguh dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian siang dan malam terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal ‘(QS. Ali-Imran:190)

Perempuan itu memenuhi perannya yang lain. Berbakti pada satu makhluk yang dipasangkan untuknya oleh Sang Khalik dalam satu fase kehidupannya di bumi. Laki-laki itu membimbingnya takzim. Penghormatan yang layak diberikan pada seorang makhluk yang diciptakan oleh Rabb-nya untuk menjadi perhiasan terbaik. Keteguhannya menjadikan semai cinta makin menjadi. Cinta karena Allah begitu mereka sering menyebutnya. Berbalut romatisme perjuangan. Keduanya khusyuk dalam dialog-dialog dengan Sang Raja Manusia. Rabb… jadikanlah aku dan dzuriyahku mendirikan Sholat…

Sejoli manusia itu larut dalam perenungan perenungan tentang diri dan semesta. Serambi belakang seumpama sepetak taman surga dunia, menumbuhkan cinta menyemaikan harap yang bermuara pada satu : gerbang surga hakiki. Perempuan itu memainkan manik-manik tasbih, Sang lelaki melantunkan lagi nada-nada syahdu mengiringi firman-firman ilahi. Perempuan itu tersenyum memandang langit.

Nak, dengar, kali ini ayahmu melantunkan nada kasih untukmu”

Nak, di bumi ibumu ini, waktu bernama malam telah menyapa. Mungkin kau gelap disana, sayang. Tapi kegelapan itu menempatkamu pada fitrah yang agung” nafas perempuan itu naik turun teratur. Efek psikologis dari sebuah keadaan bernama: bahagia. Sang calon bayi menyambutnya,menandak-nandak seolah mengatakan ,”Aku dengar, Bunda! Aku dengar!” laki-laki itu tersenyum ,senyum teduh sang calon ayah.

Nak, kelak kau akan melihat langit yang luas, bintang-bintang dan rembulan dimalam hari dan matahari di siangnya.” Bisik perempuan itu lagi, masih memainkan tasbihnya.

Kau akan belajar sayang, dari semuanya. Sebab, Tuhan menyuruh kita begitu.”

kau akan belajar bagaimana matahari yang selalu ikhlas memancarkan sinarnya. Istiqomah menjalankan tugasnya, bahkan saat malam, bulan meminjam sinarnya untuk menerangi langit”

“… Kau kuharap juga menjadi bintang, sayang. Yang memiliki cahayanya sendiri meski ia nampak kecil di mata manusia. Namun dia bintang, bukan bulan yang hanya meminjam cahaya matahari.Sesuatu yang memiliki cahayanya sendiri akan tetap ada dan ‘hidup’ meski tak selalu nampak besar”

“…..Namun kau tak boleh cukup menjadi bintang yang sendiri. Sebab, kau akan terjebak keangkuhan dan tak cukup memberi arti”

Nah…. Lihat nak! Itu rasi bintang. Kelak bunda akan tunjukkan padamu. Banyak macam namanya. Gugusan bintang itu memberi pedoman pada makhluk di bumi. Pada nelayan, pada petani, pada pelaut. Manusia tidak bisa sendirian mengubah dunia, sayang. Dia harus menjadi bintang-bintang yang membentuk rasi. Manusia harus bergandengan tangan dengan orang lain. Agar cahayanya, kelebihan dan kekurangannya berpadu saling mengisi sehingga makhluk dibumi akan mengambil manfaat dan menjadikan mereka pemandu. Cahaya itulah hidayah dari Allah, sayang. Yang kau bersaksi bahwa tiada tuhan selain-Nya sejak disini”perempuan itu mengelus perutnya. Kali ini dia tak lagi hanya berbisik, namun ia menuliskan semua gumamnya.Pena dan kertas adalah teman sejarah. Sang lelaki tersenyum. Aku makin mencintaimu.

Bunda aku mencintaimu, sungguh! sebab di rahimmu aku tumbuh menjadi calon bintang yang akan membentuk rasi bersama bintang-bintang lain sebayaku. Janin itu menandak-nandak lalu tenang.

Bunda…. Bilakah aku melihat wajahmu? Kubayangkan kau seteguh bunga mawar yang kita siram pagi tadi. Maukah kau ceritakan padaku tentang bunga mawar bunda? Pasti kau akan bercerita Bunda, sebagai satu mata ajar di sekolah peradaban kita

Satu bulan sepuluh hari kemudian

Selamat datang putri, tangismu menandai bahwa sekolah peradaban untukmu telah resmi dibuka. Perempuan itu menangis.Tangis bahagia. Tuhannya memberinya kesempatan untuk menjadi guru di salah satu ruang sekolah peradaban:di rumahnya. Keajaiban itu berupa : perpindahan satu fase kehidupan dari alam ruh ke alam rahim kemudian ke dunia. Oh, Rabbi…. Semoga aku sanggup membimbingnya.

Laki-laki itu terpana. Wahai, aku tak pernah bisa membayangkan sakit yang kau rasakan, pejuang Kehidupan! Bukankah ini bukti bahwa perempuan lebih perkasa dari laki-laki dengan kesabarannya? Bukankah ini bukan sebuah kelemahan namun kelemahlembutan yang menumbuhkan ketegaran? Rabbi… pantas jika surga ada dibawah telapak kaki seorang ibu. Aku menghormatimu lebih dari sebelumnya, Ibu baru!

Enam tahun kemudian

Bersyukurlah karena Allah masih memelihara sekolah peradaban bagi manusia: alam semesta. Dan rumah kita sebagai salah satu ruang kelasnya. Tangan-tangan mungil itu memainkan sekop kecil. Tertawa-tawa kecil mengeluarkan gumam-gumam khas bocah. Perempuan disampingnya tersenyum .Biarkan saja dia berlumur tanah sebab dari itu dia tercipta. Biarkan saja tangan-tangan kecil itu meraba, merasakan setiap tekstur tanah dan semua alat peraga alami yang tampak didepan matanya.

Bukankah pergesekan kulit nya yang lembut dengan tanah dan semesta akan memberinya pelajaran baru? Biar saja. Jika ingin kehidupan ramah padanya, maka jangan ciptakan permusuhan dengan alam semesta meskipun hanya sepercik rasa takut. Sebab jiwa murni itu sangat peka. Kotoran di gamisku bisa dibersihkan, namun bekas kemarahanmu dihatinya sulit dihilangkan. Begitu kira-kira kanjeng Rasul Muhammad mengajarkan kita bagaimana bersikap lembut walau’hanya’ pada seorang bayi.*

Indera diciptakan untuk merasa, melihat, membau, mendengar,mengecap. Alam semesta adalah sekolah kita. Biarkan dia mengerti bahwa tubuhnya adalah pelajaran tak terperi. Suatu hari dia akan merasa dirinya adalah bentukan terbaik.

Mulailah percakapan dua generasi memulai pelajaran hari ini: kehidupan.

Mengapa Bunda mengubur biji itu dengan tanah?” gadis kecil bertanya. Hmmm… kosakatanya yang kaya hasil dari kecerewetan perempuan disampingnya.

ha…ha.. ini me- na-nam, Sayang, bukan mengubur”

Me-na-nam ? Untuk apa?”

Agar dia tumbuh”

Tapi biji itu tertutup tanah, Bunda”

Iya, nak… tapi dia hidup..” Gadis enam tahun! Kuperkenalkan kau pada penciptamu. Bertanyalah Sayang sebab telah kubiasakan kau sejak janin.

Hidup? Dengan apa?”

dengan air yang kita siramkan tadi, dengan pupuk,dengan udara”

Kau tau sayang?dahulu kamu pun ditanam begini” perempuan itu membentuk mimik selucu mungkin.

ha..ha…ha….” gadis kecil itu tergelak.

Aku, Bunda? He..he… dimana?”

Hmmm… disini” perempuan itu menunjuk perutnya

Gadis itu melongo heran. Mungkin batinnya sedang menerka bagaimana mungkin dia yang sebesar ini. ‘di-ta-nam’ di perut ibunya???

Bunda-aaa! Nggak mungkin!Nggak cukup!”

Kau dahulu sebesar benih ini nak, sayang” dijumputnya biji bunga matahari.

Kau di tanam Allah di perut Bunda”

Allah? Yang setiap hari kita berdo’a pada-Nya” perempuan itu mengangguk.Oh… ananda. Benarlah kau lupa bahwa kau pernah bersaksi bahwa Dia Tuhanmu. Kau harus tetap ingat, nak dengan perjanjian Agung itu. Aku miris dengan sebayamu yang mungkin tak pernah lagi dikenalkan pada Allah-nya saat dia lahir ke dunia

tiap-tiap anak lahir dalam keadaan suci (fitrahnya). Orang tuanya yang membentuknya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi

hiii… pasti gelap ,ya, Bunda?”

Iya… tapi kau tetap hidup, kan sayang? Menjadi anak Bunda yang pandai” perempuan itu memandangnya penuh cinta

i..ya…. kok bisa, ya Bunda?” gadis itu mengikut ibunya, mengaduk-aduk tanah, menyemai benih-benih bunga. Tangan kecilnya bergerak semampu dia bisa.

Karena Allah mencintaimu, sayang. Dia memberimu makanan melalui bunda, dia menitipkan mu pada Bunda dan Ayah, untuk merawatmu”

ya! Ya! Seperti kita memberi pupuk dan air pada benih ini”

Anak pintar!”

Benih ini akan tumbuh sepertiku, kan Bunda?”

Iya, sayang !menjadi bunga yang cantik. Kau akan senang melihatnya kelak seperti juga Bunda senang melihatmu tumbuh”

mmm….. “ sang gadis kecil mencoba mengerti.

kau akan senang melihat benih itu tumbuh perlahan-lahan setiap hari. Karena kau merawatnya dengan baik. Allah menitipkannya pada kita”

Tapi Allah tidak menyiraminya,kan bunda?!” Oh, gadisku aku harus menjawab apa lagi?

Hmm…Memang. Tapi Allah yang memberi kehidupan untuk benih itu, untukmu, untuk Bunda untuk semua yang ada di alam”

Bunda…. Akan merawatku juga? Seperti kita merawat bunga ini, iya kan Bunda?” Perempuan itu mengangguk, dibasuhnya tangannya, dibimbingnya gadis kecil itu membersihkan dirinya. Cukup untuk hari ini , Sayang. Pelajaran kita tentang kehidupan. Kelak kau akan semakin tahu banyak hal. Ini hanya permulaan.

Perempuan itu…. semoga aku! Setahun, dua tahun, tiga tahun atau beberapa tahun lagi jika Allah menghendakiku dan memandangku pantas menjadi salah satu pendidik di sekolah peradaban-Nya: Alam semesta ; disalah satu ruang kelasnya;rumah tanggaku! Dimana setiap sudutnya adalah serpihan-serpihan ilmu dan hamparan pengetahuan untuk mencintai-Nya. Dimana akan kukenalkan generasi-generasi dari rahimku tentang mencintai Rabb-nya, dimana disekolah peradaban itu….lulusannya tidak sekedar mendapat selembar kertas bertuliskan ;lulus! Sebab Alam semesta menjanjikan proses belajar yang tak henti. Selamat datang di sekolah peradaban kita: Alam semesta, langit dan bumi yang hanya orang-orang yang berakal yang dapat mengambil pelajaran.Wallahu a’lam bish-shawwab

*) seorang bayi ‘pipis’ di gendongan Rasulullah Muhammad SAW kemudian ibunya segera ‘merebutnya ‘ karena rasa hormatnya pada Rasulullah. Kemudian rasulullah berkata yang kurang lebih seperti di atas.

Robi’ah al-adawiyah Mhs FH UNS Solo,
Forum Lingkar pena (FLP) Solo.
r_aladawiyah@yahoo.com

Pesan Ayah

Nak...!
Bumimu adalah bara nasibmu
belajarlah memegang bara

(Toha Nasrudin)

Di dahimu, anakku


(untuk Faiz)

Di dahimu, anakku...
Peta-peta menebalkan garisnya
menuju negeri yang dibangunkan para Nabi
di dekat perbatasan khatulistiwa
Berjalanlah sendiri

(Hamdy Salad,2001)

Dia Anakku


(Untuk Faqih)

Dia anakku...
Di asuh dalam rahim mulia isteriku
Dibesarkan dalam buaian lembutnya
Keluasan mimpiku untuk menjadi seorang hamba
Dzat Mahaasih yang tak henti
mengumpul bekal menuju-Nya

Selasa, 18 Desember 2007

Allah, beri kami surga kecil

Allah, beri kami surga kecil Rumah syahdu berhias rahmah. Di sana tergelar helai-helai sajadah Tempat kami berpinta dan bermunajah

Allah beri kami surga kecil,
Istana mungil bertahta sakinah Tempat kami berteduh melepas lelah Ranjang kokoh bertabur berkah Tempat malam-malam kami dipeluk mimpi indah

Allah, beri kami surga kecil
(sebuah sumber)

seuntai do'a

Doa Abi dan Ummi untukmu…



Ya Ghaffar, ya Rahim
Kau letakkan di rahim kami anak-anak negeri ini
Kau amanatkan diri-diri mereka pada lindungan kasih-sayang kami
kau percayakan jiwa-jiwa mereka pada bimbingan ruhani kami
Kau hangatkan tubuh-tubuh mereka dengan dekapan cinta kami
Kau besarkan badan-badan mereka dengan aliran air susu kami

Tuhan kami, kami telah sia-siakan kepercayaan-Mu
kesibukan telah menyebabkan kami melupakan amanat-Mu
hawa nafsu telah menyeret kami untuk menelantarkan buah hati kami
tidak sempat kami gerakkan bibir-bibir mereka untuk berzikir kepada-Mu
tidak sempat kami tuntun mereka untuk membesarkan asma-Mu
tidak sempat kami tanamkan dalam hati mereka kecintaan kepada Nabi-Mu

Kami berlomba mengejar status dan kebanggaan
meninggalkan anak-anak kami dalam kekosongan dan kesepian

Kami memoles wajah-wajah kami dengan kepalsuan
membiarkan anak-anak kami meronta dalam kebisuan

Kami terlena memburu kesenangan
sehingga tak kami dengar lagi mereka menangis manja
sambil memandang kami dengan pandangan cinta
seperti dulu, ketika mereka mengeringkan air mata mereka
dalam kehangatan dada-dada kami

Dosa-dosa kami telah membuat anak-anak kami
menjadi pemberang, pembangkang, dan penentang-Mu

Dosa-dosa kami telah membuat hati mereka
keras, kasar, kejam, dan tidak tahu berterima kasih

Sebelum Engkau ampuni mereka, Ya Allah
ampunilah lebih dahulu dosa-dosa kami

Ya Allah, berilah kami peluang untuk mendekap tubuh mereka
dengan dekapan kasih sayang kami
berilah kami waktu untuk melantunkan pada telinga mereka
ayat-ayat Alquran dan Sunnah Nabi-Mu

Berilah kami kesempatan untuk sering menghadap-Mu
dan memohon kepada-Mu seusai salat kami
untuk keselamatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan anak-anak kami

Bangunkan kami di tengah malam untuk merintih kepada-Mu
mengadukan derita dan petaka yang menimpa anak-anak negeri ini.
Izinkan kami membasahi tempat sujud kami
dengan air mata penyesalan akan kelalaian kami

Ya Allah, ya Jabbar, ya Ghaffar
Anugerahkan kepada para pemimpin kami kearifan
untuk mendidik anak-anak negeri ini dalam kesalehan
Berikan kepada mereka petunjuk-Mu
sehingga mereka menjadi suri teladan bagi kami dan anak-anak kami

Limpahkan kepada mereka perlindungan-Mu
supaya mereka melindungi kami dengan keadilan-Mu
Jauhkan mereka dari kezaliman
sehingga kami dapat mengabdi-Mu dengan tentram dan aman

Ya Rahman, ya Rahim
Indahkan kehidupan kami dengan kesalehan anak-anak kami
Peliharalah anak-anak kami yang kecil
Kuatkanlah anak-anak kami yang lemah
Sucikan kalbu mereka
Bersihkan kehormatan mereka
Sehatkan badan mereka
Cerdaskan akal mereka
Indahkan akhlak mereka
Gabungkanlah mereka bersama orang-orang yang bertakwa kepada-Mu
yang mencintai Nabi-Mu, keluarganya yang suci, dan sahabatnya yang mulia
yang berbakti kepada orangtuanya
yang bermanfaat kepada bangsanya
yang berkhidmat kepada sesama manusia

Wahai Zat yang nama-Nya menjadi pengobat
yang sebutan-Nya penyembuhan
yang ketaatan-Nya kecukupan
sayangi kami yang modalnya hanya harapan
dan senjatanya hanya tangisan
Kabulkanlah doaku Ya Allah.

Tujuh bulan usiamu kini




Tujuh bulan sudah kini usia anakku tersayang, menambah kebahagiaan dalam rumah tanggaku yang tak akan mungkin kubeli dengan materi dan tak dapat kubagikan kepada yang lain, bukan karena aku pelit, namun ingin merasakan lebih lama lagi jabatan baruku sebagai seorang bapak yang selalu diidamkan oleh setiap orang.

(19 Desember 2007)


ketika kau lahir


kAMIS, 19 aPRIL 2007 bertepatan 1 Rabiul Akhir 1428 H, pukul 14:15 siang Wita, di rumah sakit Ratu Zaleha Martapura, adalah hari yang paling bersejarah yang memberi kesan serta arti yang sangat besar buat saya dan istri, bagaimana tidak? karena hari tersebut adalah hari lahirnya putra kembar kami tercinta MUHAMMAD FAQIH KHALIL EL-RAHMAN dan MUHAMMAD FAIZ JAISYI EL-RAHMAN, yang telah dinanti kehadirannya

Sebuah anugerah sekaligus amanah yang kadang terfikir sebagai beban dengan tanggung jawab yang berat, kadang justru terasa sebagai ‘gift’ yang tak ternilai dengan perbandingan apapun.

Reff:

Maafkan kedua orangtuamu kalau,,

tak mampu beli bandwidth unlimited..

ISP banting harga, tetap bandwidth tak terbeli,

Orang pintar tarik subsidi

mungkin bayi kurang gizi (anak kami)

Muhammad Faqih Khalil el-Rahman &

Muhammad Faiz Jaisyi el-Rahman,

anakku…

Cepatlah besar matahariku, menangis yang keras janganlah ragu..

googlinglah congkaknya cyber, buah hatiku,

doa kami di nadimu tuts keyboard & mouse - mu (kelak)..



Minggu, 16 Desember 2007

iftitah

Assalaamu 'ala manit taba'al huda...

dengan asma suci yang Dia sendiri Maha Mengetahui, yang Maha Suci Dia dari apa yang kita sifatkan
dengan iringan nafiri salam dan shalawat ke haribaan sang mempelai timur dan barat, sang purnama semesta, RasuluLlah Muhammad bin AbduLlah saaw.
keselamatan juga bagi semua ahlinya, shahabat, dan mereka yang berpegang teguh pada sirah sucinya.

Teruntuk Sahabat abadi dalam senang dan sedih,

dalam tawa dan derita,

Lia Kartika Sari

seluruh kasih untuk Dinda, yang sabar menemani setiap langkah, menapaki jalan kehidupan yang terjal berliku,

menuju sebuah rumah di-Surga, dalam teduhan Ridha-Nya.

Dua cahaya mata kami,

Muhammad Faqih Khalil el-Rahman & Muhammad Faiz Jaisyi el-Rahman,

mereka yang mengisi hari-hariku dengan kebahagiaan tiada tara.

Semoga Allah menjaganya, memberikan umur yang barakah, senantiasa azimat cintaku kepadamu, slalu kupersembahkan doa mengiringi langkahmu, tuk mengarungi hidup mencapai hikmah berjiwa menggapai cinta....

Kepada mereka blog ini kupersembahkan…